Jika benar hidup adalah perjalanan, dimanakah perjalanan paling utama? Lalu, dimanakah ruang yang paling dekat?

Linggih menjadi sebuah tarian yang mencerminkan kesediaan kita untuk kembali pada diri, pada kesabaran sekaligus kesadaran. Linggih bisa berarti duduk, bisa pula berarti tempat; menghamparkan ragam makna dalam perjalanan ruang menuju “pulang” yang sesungguhnya.

Penyusuran terhadap berbagai ruang menjadi perjalanan yang tak ada habisnya.  Dari satu titik, kita selalu berupaya menjangkau titik lainnya, tanpa kita sadari bahwa perjalanan paling jauh dan utama sesungguhnya perjalanan ke dalam diri. Sementara ruang paling dekat adalah ruang yang menciptakan jalan ke segala arah.